Pertanyaan Pasangan Positif HIV

Pasangan Positif HIV lalu ?

Mendengar pasangan Kita positif HIV pastilah pikiran akan dipenuhi dengan banyak pertanyaan yang mungkin juga belum tahu jawabannya.
Pertanyaan seperti Apakah Kita akan Positif HIV juga, Apa perlu Kita Tes HIV, Bagaimana jika Kita ingin berhubungan seksual dengan pasangan dan masih banyak pertanyaan yang membuat Kita kebingungan.

Disini Mimin mencoba sedikit memberikan penjelasan sesuai dengan pengalaman dari para sahabat puzzle, Jika ditanya apakah Kita bisa terinfeksi virus HIV dari pasangan ? Jawabannya adalah Bisa ya bisa tidak. Ini tergantung dengan aktivitas apa saja yang sudah Kita lakukan bersama pasangan dan apakah pasangan Kita sudah melakukan terapi Antiretroviral dan melakukan tes Viral Load dan dinyatakan jumlah virusnya tidak lagi terdeteksi.

Pertanyaan untuk apakah Kita perlu melakukan tes HIV juga ? Jawabannya adalah Tes HIV adalah salah satu hal penting untuk melacak apakah Kita terinfeksi HIV atau tidak. Jika pasangan Postif HIV Kita justru harus memastikan kondisi dengan tes HIV. Dengan begitu, Kita akan tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Jika memang tidak positif HIV, lakukan pencegahan dengan baik ketika menghadapi pasangan. Jika hasilnya menunjukan positif HIV segera lakukan pengobatan sedini mungkin sebelum berkembang ke face AIDS.

Pertanyaan terakhir namun seringsekali di jadikan pembahasan adalah apakah Kita masih bisa berhubungan seksual ketika pasangan Positif HIV, kenapa tidak! Berhubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV memang memiliki risiko tertular yang sangat tinggi. Boleh atau tidaknya adalah pilihan masing-masing pasangan. Namun dapat dipastikan terlebih dahulu bahwa pasangan Kita sudah melakukan terapi ARV dan hasil dari tes Viral Load menyatakan virusnya sudah tidak terdeteksi, akan tetapi penggunanan kondom disini sangat disarankan baik untuk hubungan seksual secara vaginal maupun anal. Sebab kedua aktivitas seks ini akan melibatkan banyak cairan tubuh yang notabenenya sebagai tempat penyebaran virus HIV dan penggunaan kondom juga dapat mencegah Infeksi Menular Seksual.

Puzzle Indonesia tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Informasi yang diberikan berdasarkan pengalaman sahabat puzzle sebagai orang yang hidup dengan HIV, untuk informasi medis dan lainya diharapkan dapat berkonsultasi dengan Konselor HIV atau dengan Dokter spesialis yang ada di kota tempat tinggal Kita.

Rasa Lega Saat Test HIV

Hello namaku Bandile, Aku sangat amat takut untuk di test HIV, jadi aku terus menerus menundanya, tetapi, jauh di dalam lubuk hatiku aku tahu aku harus segera melakukannya. Aku sungguh merasa lelah sepanjang waktu dan mendapatkan banyak ruam ditubuhku dan aku tak bisa berhenti berfikir tentang HIV. Setelah setahun berlalu, aku berkata: “Tau gak kamu? Aku bakalan pergi dan segera melakukan test HIV” lebih baik aman dari pada menyesal.
Selama menunggu hasil test ku, aku terus menangis dan terus berjalan kesana kemari. Aku tak bisa duduk diam sampai aku mendapatkan hasil testku. Aku sudah yakin bahwa aku HIV positive tetapi hasil testku mengatakan lain, aku HIV negative! Aku sungguh Bahagia dan sangat bersyukur kepada Tuhan.
Aku ingin semua orang tahu bahwa mereka tak perlu melalui semua rasa khawatir seperti apa yang aku rasakan, lakukanlah test dan jika orang lain tak mau melakukan seks yang aman, katakan kepada mereka “maaf nggak mau”. Ini akan jadi terakhir kalinya aku melakukan seks tanpa kondom karena aku sungguh merasa ketakutan. Jika kau diluar sana dan melakukan seks, tolonglah “be smart”.

What we say: sungguhlah mudah untuk meyakinkan dirimu bahwa kau memiliki HIV, tanpa melakukan test atau VCT. Melakukan test akan membuat kekhawatiranmu berakhir, dan kau akan Kembali menjalani kehidupanmu dengan normal terlepas statusmu positive ataupun negative. Apapun hasilnya, menghadapi ketakutanmu dan melakukan test adalah langkah pertamamu untuk mendapatkan kehidupanmu kembali.

Source:
Avert.org: https://bit.ly/315E4dU

Translate oleh: Reza “Egodde” Permadi

MITOS V FAKTA

Mitos adalah cerita yang berkembang di masyarakat yang dipercayai masyarakat namun belum dapat dibuktikan mengenai kebenarannya.
Fakta merupakan suatu cerita yang sudah terbukti kebenarannya dan dapat dipertanggung jawabkan.

Berikut ini akan kita bahas mengenai mitos dan fakta yang beredar di masyarakat mengenai HIV dan AIDS.

Mitos: HIV dan AIDS merupakan penyakit kutukan Tuhan.
Fakta: HIV dan AIDS bukan merupakan penyakit kutukan Tuhan, tetapi HIV dan AIDS merupakan penyakit akibat infeksi virus HIV yang dapat mengenai siapapun baik laki-laki mapun perempuan, dan dari semua usia, penyakit ini menular melalui adanya kontak darah dan hubungan seksual.

Mitos: Terinfeksi HIV berarti vonis mati.
Fakta: terkena penyakit HIV bukan berarti vonis mati karena dengan perawatan dan pengobatan serta pola hidup sehat, orang yang terinfeksi HIV tetap dapat sehat dan berumur panjang. Saat ini sudah terdapat obat untuk menekan perkembangan virus HIV yaitu dengan obat ARV (anti retroviral) yang termasuk dalam program nasional pemerintah dan dapat diberikan secara gratis kepada orang dengan HIV dan AIDS yang berobat sesuai dengan peresepan dokter. Dengan meminum obat ARV rutin juga dapat menurunkan jumlah virus di tubuh orang dengan HIV dan AIDS sehingga dapat juga menurunkan resiko penularannya kepada orang lain.

Mitos: HIV dan AIDS dapat menular lewat kontak sosial sehari-hari.
Fakta: HIV dan AIDS tidak dapat menular lewat kontak sosial seperti alat makan / minum , berjabat tangan, berpelukan, bersentuhan pakaian, menggunakan WC umum bersama orang yang terinfeksi HIV dan AIDS. Resiko penularan HIV yaitu melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan pengidap HIV, penggunaan jarum suntik bersama, kontaminasi darah dan organ transplan, anak yang dilahirkan secara normal dari ibu HIV. HIV dapat ditularkan melalui cairan berikut ini darah, semen / sperma, cairan vagina, ASI.

Mitos: HIV menular lewat udara, saat batuk / bersin.
Fakta: HIV/AIDS tidak dapat ditularkan melalui udara, ataupun droplet saat bersin / batuk, jadi kita tidak akan tertular infeksi HIV bila kita menghirup udara di 1 ruangan yang sama dengan pengidap HIV.

Mitos: Anak dari ibu yang terinfeksi HIV pasti juga positif HIV.
Fakta: Dengan program PMTCT (Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi), penularan HIV dapat dihindarkan dari ibu positif HIV ke bayinya, dengan bantuan teknologi kedokteran. Sehingga tidak pasti semua anak yang dilahirkan dari ibu dengan infeksi HIV akan melahirkan anak dengan HIV positif.

Mitos: HIV dapat menular melalui gigitan nyamuk.
Fakta: HIV tidak dapat menduplikasi DNA nyamuk sehingga HIV tidak dapat hidup dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tidak dapat menjadi media penularan HIV.

Akibat beredarnya mitos-mitos ini maka muncul beberapa stigma dan diskriminasi masyarakat kepada mereka yang hidup dengan HIV dan AIDS. Padahal orang yang terinfeksi memerlukan dukungan bersama bukan malah dihindari dan dijauhi.
Yuk mari bersama-sama mulai dari hari ini kita sebarkan informasi yang benar dan tepat tentang HIV dan AIDS untuk mengurangi stigma dan diskriminasi kepada mereka yang hidup dengan HIV dan AIDS.

Perda Kota Bandung No.12 Tahun 2015

Hasil dari kajian ini akan menjawab pertanyaan masalah yakni :
1.Hasil analisa dan kajian peraturan perundang-undangan terkait Program Penanggulangan Napza dan HIV di Indonesia
2.Mengidentifikasi adanya tantangan atau celah dari peraturan daerah Kota Bandung No. 12 tahun 2015
3.Menjelaskan proses advokasi dan usulan perbaikan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KAJIAN 3 - EVALUASI PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2015

Ada Apa Dengan KTP

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hambatan serta peluang komunitas transgender di Bandung Raya untuk dapat memiliki KTP. Secara khusus studi ini juga ingin mendapatkan gambaran kondisi mengenai :
1. Kondisi kepemilikan KTP pada komunitas transgender
2. Kendala yang menghambat transgender dalam mengurus KTP
3. Dampak ketidakadaan KTP pada komunitas transgender
4. Kebijakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang tidak memiliki KTP

KAJIAN-1-HAMBATAN-KEPEMILIKAN-IDENTITAS-KEPENDUDUKAN-BAGI-TRANSPUAN-DI-BANDUNG-RAYA

Chemsex & HIV

Chemsex biasanya disebut dengan Chemfun, Hifive, Party and Play atau PNP. Menggunakan obat untuk Chemsex berbeda dengan meminum alkohol atau mengkonsumsi obat untuk rekreasi.

Apaan sih Chemsex itu?
Chemsex melibatkan kegiatan mengkonsumsi obat-obatan untuk menambah sensasi saat melakukan kegiatan seksual. Biasanya orang-orang yang melakukan hal tersebut, untuk menambah sensasi fisik yang mereka miliki, selama melakukan kegiatan seksual (menambah kenikmatan dan kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan seksual lebih lama), atau untuk mengganti pengalaman psikologis mereka (menambah rasa percaya diri atau menghilangkan hambatan).

Durasi Chemsex dapat bertahan selama berjam-jam pada suatu waktu dan sering kali dilakukan dengan beberapa pasangan seks (contoh pada saat pesta), tetapi bisa juga hanya melibatkan pasangan atau hanya sekedar masturbasi. Itu sangat biasa dilakukan pada kalangan kaum gay, tetapi kaum straight-pun juga sering menggunakan obat-obatan dan alkohol, untuk menambah sensasi seks. Akan ada pula risiko kesehatan seksual untuk mereka yang melakukannya.

Obat-obatan apa yang sering dikonsumsi saat melakukan Chemsex?
Ada beberapa obat-obatan yang digunakan saat melakukan Chemsex:
• Gammahydroxybutyrate/gammabutyrolactone (atau lebih dikenal dengan GHB/GBL, G atau Gina)
• Gephedrone (meph atau meow)
• Crystal methamphetamine (sabu-sabu)
• Poppers

Obat-obatan tersebut bisa dikonsumsi sendiri atau dikonsumsi bersama dengan alkohol atau obat-obatan lain (seperti kokain atau ecstasy)

Apa resiko melakukan Chemsex?
Obat-obatan chemsex mengubah perilaku dan perasaan kalian. Ketika kamu mencampurkannya dengan seks, kamu bisa meningkatkan resiko tertular HIV dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dalam beberapa cara:
• Dengan lebih sedikitnya hambatan fisik, kamu cenderung lupa untuk menggunakan kondom walaupun sebelumnya kamu berniat untuk memakainya.
• Kamu mungkin tidak akan mengingat apa yang kamu lakukan ataupun apakah kamu sudah menggunakan kondom.
• Karena lamanya sesi kamu mungkin lupa untuk mengkonsumsi  pengobatan pre-exposure prophylaxis (PrEP), itu akan membuatmu lebih rentan terkena HIV, jika kamu tidak menggunakan kondom.
• Jika kamu mengidap HIV, kamu mungkin lupa untuk mengkonsumsi ARV, dimana hal tersebut membantu menjaga virusmu tidak terdeteksi (undetectable) dan mencegah menularkan HIV kepada pasanganmu.
• Saat kamu melakukan seks dengan orang asing (seperti saat kamu melakukan One-Night Stands yang kamu kenal lewat sosial media atau internet) dan kamu mungkin telah melakukan seks dengan banyak pasangan. Hal tersebut bisa meningkatkan kemungkinan untuk terinfeksi HIV dan IMS.
• Kamu mungkin akan memaksakan melakukan seks dari biasanya, karena efek obat bius dari obat obatan yang kamu konsumsi seperti GHB. Selaput anus yang sangat tipis sangat mudah teruka bahkan robek saat melakukan seks anal tanpa pelicin (lubricant), meningkatkan resiko terkena infeksi HIV dan IMS, termasuk hepatitis C.
• Jika kamu khususnya melakukan kegiatan seksual dengan durasi yang lama, kamu mungkin tidak memikirkan saat mengakses pengobatan profilaksis pasca pajanan darurat (PEP) untuk mencegah penularan HIV hingga terlambat. PEP hanya bekerja jika dikonsumsi selama 72 jam sejak terinfeksi.
• Kamu mungkin menyuntikan mephedrone atau crystal meth dengan menggunakan jarum suntik secara bergantian (atau dikenal sebagai membanting), hal tersebut meningkatkan risiko terinfeksi baik HIV dan hepatitis C.

Obat-obatan yang digunakan saat melakukan Chemsex juga mempunyai risiko lain terhadap kesehatan. Mudah sekali mengkonsumsi terlalu banyak obat GHB. Ini akan mengakibatkan “pingsan”, hal tersebut membuatmu rentan terkena kekerasan seksual. Apapun situasinya, dan obat-obatan apapun yang telah kau konsumsi, ingatlah jika kekerasan seksual tersebut tidak bisa diterima dan itu bukanlah salahmu.

Obat-obatan Chemsex mengubah bagaimana perasaanmu, terkadang dengan cara yang tak diinginkan. Itu bisa membuatmu pusing, paranoid atau ketakutan dan dalam beberapa kasus kamu kehilangan sentuhan dengan kenyataan dan mempunyai halusinasi yang sangat meyakinkan.

Hal itu juga biasa untuk mengalami ‘comedown’ setelah melakukan Chemsex, dimana mereka merasa depresi atau low. Beberapa pengobatan anti-HIV diketahui telah memiliki efek buruk ketika berinteraksi dengan obat-obatan Chemsex. Khususnya ada beberapa kasus kematian yang dihasilkan oleh interaksi antara ritonavir dan crystal meth.

Bagaimana kita bisa mengurangi risiko dari Chemsex?
Beberapa orang menikmati menjelajahi mereka melalui Chemsex, namun mengkonsumsi obat-obatan tentunya tidak sepenuhnya aman. Jangan pernah membiarkan siapapun memaksamu untuk melakukan apapun yang tak kau inginkan.

Mengenal Sosok Artis 90-an Berani Buka Status HIV

Untuk generasi 90-an, mungkin tidak asing dengan sosok Didi Mirhad. Aktor tampan yang digandrungi oleh wanita-wanita saat itu, telah bermain berbagai judul film. Selain bakat akting, dia pun seorang model dan penyanyi, serta mantan anggota tim softball bayangan Indonesia.

Dekade 90-an adalah masa keemasan untuk seorang Didi Mirhad. Ketenaran dan popularitas membuat dia lengah akan risiko yang dia dapat. Semasa itu, HIV dan AIDS adalah hal tabu di kalangan masyarakat Indonesia.

Dia berjuang selama 3 tahun untuk melawan penyakit AIDS namun dia tak tertolong.

Singkat cerita awal bukan November, beliau mengalami sakit panas yang tak kunjung reda dan akhirnya dirawat di sebuah rumah sakit. Namun karena keluarga merasa tidak puas dengan pelayanan rumah sakit tersebut, dipindahkanlah ke RS Cinere.

Di sinilah beliau diobservasi oleh dokter-dokter dan dibawalah darah beliau ke laboratorium RS Cipto Mangunkusumo. Dan akhirnya diketahui bahwa dia terinfeksi HIV. Namun pihak keluarga tidak memberanikan diri untuk memberitahu hasil test darah tersebut. Akhirnya Didi Mirhad mengetahui sendiri hasil observasi dari dokter.

Untuk diketahui, Dokter Samsuridjal adalah salah satu pendiri Yayasan Pelita Ilmu. Suatu yayasan yang bertujuan memberikan penyuluhan tentang HIV dan dukungan bagi orang-orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Bahkan Didi Mirhad adalah seorang public figure pertama yang memberanikan diri membuka status penyakitnya tersebut adalah HIV. Keberanian dia membuka informasi tentang HIV dan sebagai pengingat, bahwa HIV ini bisa menyerang siapa saja dan dari kalangan apa saja.


Sumber: www.tribun.com

Berawal Dari Direct Message di Instagram

 

Awal cerita ini, dimulai dari seseorang yang mengirimi saya direct message di instagram. Seseorang tersebut ternyata orang yang ditolak oleh mantan pacarku.

Awalnya dia bertanya, apakah si A benar mantan pacarku atau tidak. Dan berujung kepada dia membocorkan status HIV dari mantan pacarku.

Tanpa pikir panjang, keesokan harinya, aku langsung melakukan VCT. Didampingi oleh petugas sebaya Karawang, di salah satu puskesmas.

Rasa-rasanya bagaikan tidak berpijak ke bumi, ketika aku mendapati hasil yang positif dari VCT. Seperti tidak bisa merasakan apa-apa. Hampa

Sesampainya di kost, tak henti-hentinya aku membuka amplop hasil VCT. Aku benar-benar merasa sendiri dan pada saat itu, aku menangis sejadi-jadinya.

Aku sempat mencoba untuk mengakhiri hidup, dengan cara meminum obat tidur sebotol penuh. Namun tak jadi aku lakukan karena ragu.

Akhirnya, aku bercerita kepada teman dekatku tentang hasil dari VCT yang aku lakukan. Dia menerimanya dan langsung memperkenalkanku pada Puzzle Indonesia. LSM yang bergerak di isu sosial khususnya untuk HIV & AIDS.

Dari situ, aku mulai medical check up di RS Advent dan terapi ARV di sana. Hambatan jarak Karawang – Bandung, tidak aku hiraukan. Walaupun terasa cape, tapi aku menikmatinya.

Aku hanya open status bahwa aku Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) hanya pada teman dekatku. Secara tidak langsung, aku ingin dia peduli akan kesehatan pribadinya.

Aku belum berani untuk open status kepada orangtuaku karena mempunyai basic agama yang kuat. Aku takut tidak diakui sebagai anak oleh kedua orangtuaku.

Semakin aku rutin untuk terapi ARV, semakin aku belajar untuk mencintai diriku sendiri dan berusaha untuk mencoba hal-hal yang belum aku coba sebelumnya. Yaitu lari marathon. Dan kebetulan nanti aku akan ikut lari marathon 42k di Bandung.

Dampak kebaikan lainnya yang aku dapatkan adalah banyak orang yang sayang dan peduli sama aku. Selalu diberikan semangat dan saling menguatkan satu dengan yang lain.

Untuk teman-teman yang mempunyai status sama sepertiku, janganlah berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Bahkan ini adalah awal mula dari segala hal-hal yang baik dalam hidupmu. Karena kebahagiaan dan kekuatan itu berasal dari dirimu sendiri.

Oh iya. Virus yang ada di dalam tubuhku, sudah tidak terdeteksi loh. Rutin dan disiplin adalah kuncinya.

Mengenal Pendukung Sebaya untuk Orang dengan HIV

Pengertian dari Pendukung Sebaya adalah seseorang yang dapat memberikan infomasi secara benar, sederhana dan jelas serta dapat memberikan dukungan psikososial berdasarkan pengalamannya sebagai orang yang hidup dengan HIV. Sebagian besar dari Pendukung Sebaya merupakan orang yang hidup dengan HIV itu sebabnya dapat menjadi contoh nyata bagi orang yang hidup dengan HIV lainnya.

Uraian tugas Pendukung sebaya:
• Memberikan dukungan psikososial kepada ODHA dalam meningkatkan kepercayaan diri menerima dan membuka status
• Merujuk ODHA mulai atau mulai kembali ART*
• Memberikan pengetahuan dan informasi seputar HIV
• Merujuk ODHA kelayanan pengobatan dan perubahan perilaku
• Mendorong kepatuhan ARV*
• Mendorong perubahan perilaku terutama pencegahan positif (HIV STOP DISINI)
• Kegiatan mendukung ODHA dilakukan dengan tatap muka minimal 2 kali dalam 3 bulan
• Menindaklanjuti rujukan ODHA yang baru status dari layanan VCT*

Bagi teman-teman orang yang hidup dengan HIV di wilayah Jawa Barat dapat menghubungi sahabat Pendukung Sebaya di Perkumpulan Female Plus, nanti disana teman-teman dapat dibantu sesuai dengan lokasi daerah tempat tinggal di wilayah Jawa Barat.

Wilayah Jawa Barat :

Kota Bandung dapat menghubungi

  • Sdr Ma’mun +62857-1000-3232
  • Sdr Arif +62857-2272-2337

Kota Depok, Bogor dan Bekasi

  • Sdri Putri +62822-5821-0192

Kab. Indramayu dan Kab/Kota Cirebon

  • Sdr Gilang +62813-9547-5158

Kota/Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kota Tasik, Kab. Ciamis, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Garut, Kab. Banjar, Kab. Subang, Kab. Purwakarta dan Kab. Karawang

  • Sdri Dwi +62822-9512-0755

Informasi lebih lanjut mengenai Pendukung Sebaya dapat menghubungi :

+62 22 20535757 atau bisa langsung mengunjungi Kantor Female Plus

Jl. Susmita No. 13 Cikaso RT. 01/RW. 08 Kel. Sukamaju

Kec. Cibeunying Kidul Bandung 40121

Kamu juga dapat berinteraski secara virtual lewat Instagram FemalePlus

https://www.instagram.com/femalepls/

 

*ART ; antiretroviral treatment
*ARV ; antiretroviral
*VCT ; voulentary counseling test

Sejarah Singkat Tentang HIV dan AIDS

 

AIDS adalah merupakan penyakit yang mematikan yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Lalu bagaimana awal mula ditemukannya penyakit HIV & AIDS ini? Yuk kita simak penjelasan berikut ini.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala penyakit akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh, yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi isu global, sebab dalam waktu yang realtif singkat terjadi peningkatan jumlah pengidap penyakit tersebut di seluruh dunia. Hingga sekarang bekum ditemukan adanya vaksin atau obat, yang efektif sebagai pencegahan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai infeksi oportunistik penyebab kematian ini. Sehingga saat ini HIV & AIDS masih menjadi keresahan di seluruh dunia.

HIV diyakini pertama kali ditemukan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo pada 1920, ketika dilaporkan adanya penyebaran infeksi virus Simian Immunodeficiency Viruses (SIV) dari simpanse dan gorila kepada manusia. Semenjak itu kasus kematian mendadak dengan gejala-gejala khas hilang dan dianggap tidak menjadi ancaman.

Keresahan kembali terjadi pada 1980-an, dimana pada 1981 ditemukan infeksi paru yang amat jarang, disebut Pneumocystis Carinil Pneumonia (PCP) pada lima orang pemuda berorientasi homoseksual, yang sebelumnya tidak mempunyai masalah kesehatan di Los Angeles. Pada saat yang bersamaan, New York dan California turut melaporkan adanya jangkitan kanker ganas yang disebut dengan Sarcoma Kaposi. Penyakit-penyakit yang dilaporkan tersebut, ternyata memiliki hubungan dengan adanya kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh. Pada akhir 1981, infeksi semakin meluas. Dilaporkan 270 kasus pasien dengan kerusakan kekebalan tubuh yang parah, pada pria homoseksual dan 121 orang diantaranya meninggal dunia. Pada akhir tahun ini pula, pertama kali mendapatkan kasus PCP pada orang yang menggunakan narkoba suntik.

Terkait cara penularan yang diketahui selama ini, pada awal 1982 pakar menyebut penyakit ini dengan Gay Related Immune Deficiency (GRID). Namun pada September 1982, CDC menamakan penyakit tersebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Karena diperkirakan penyebaran penyakit ini, tidak semata-mata dapat ditularkan oleh perilaku seksual sesama jenis semata. Benar saja, pada awal 1983 ditemukan adanya penularan virus ini melalui hubungan heteroseksual dari laki-laki kepada perempuan. Pada tahun ini pula, diketahui pertama kali bahwa penyakit ini dapat ditularkan melalui ibu pengidap HIV & AIDS, pada bayi yang dikandungnya.

Pada 1984 dikampanyekan bahwa penyakit ini sangat menular melalui penggunaan jarum suntik bersama. Hal tersebut menjadi pukulan telak bagi dunia kesehatan, yang pada saat itu masih sering menggunakan satu jarum suntik untuk beberapa pasien.

Berbagai cara dilakukan untuk menghentikan penyebaran penyakit ini. Namun setiap tahun, jumlah pengidap semakin meningkat. Untuk itu, pada 1 Desember 1988, World Health Organization (WHO) mencanangkan tanggal tersebut sebagai hari AIDS sedunia dan diperingati setiao tahunnya agar masyarakat dunia senantiasa waspada akan penyakit tersebut.

Saat ini, lebih dari 36,7 juta orang hidup dengan HIV & AIDS. Penting bagi kita semua untuk menjaga diri dan keluarga dari infeksi penyakit tersebut. Selain itu, rangkulah mereka yang hidup dengan HIV & AIDS, agar tetap memiliki semangat hidup yang tinggi.

Jauhi virusnya, bukan orangnya! Stay healthy & safe ya Sahabat Puzzle!

 

Sumber:

Kemenkes: http://bit.ly/351LWwZ

WHO: http://bit.ly/2VSd8tX

Wikipedia: http://bit.ly/2VTFLaf

Avert.org: http://bit.ly/2S2Ukad, http://bit.ly/355w1hs

Acc: dr. Dyani Kusumowardh

Perkumpulan Puzzle Indonesia adalah sebuah pusat informasi dan edukasi terkait kesehatan masyarakat khususnya HIV dan AIDS

Supported by :

Hubungi Kami

Basecamp Perkumpulan Puzzle Indonesia
JL. Desa Gg Desa 1 No. 25 RT 03 RW 02
Kel. Babakansari Kec. Kiaracondong
Bandung 40283 Jawa Barat

022-20541982

[email protected]